SELAMAT DATANG MASA DEPAN

SELAMAT DATANG MASA DEPAN
Guru adalah segala dibalik cita-cita mereka... Tiada satu keinginan kecuali pengabdian mewujudkan cita-cita gemilang membangun masa depan. Di antara aku dan mereka ada mimpi-mimpi kita yang patut diperjuangkan untuk menjadi sebuah kenyataan. Senyum Senyum Senyum dan Senyum .... Karena dengan cita-citalah kita menjadi lebih hidup :)

Senin, 30 September 2013

PAIKEM (PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN)



PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF MENYENANGKAN
A. Hakikat PAIKEM
            Istilah PAIKEM berawal dari kata PAKEM yang merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Menurut Depdiknas (dalam Ali Karta, 2012) menyatakan bahwa PAKEM adalah proses pembelajaran yang dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun menyenangkan. Pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan potensi-potensi kreativitas yang dimiliki siswa secara optimal. Oleh karena itu, PAKEM kemudian dikembangkan menjadi PAIKEM. PAIKEM tersebut merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dari makna kata-kata yang terkandung di dalamnya dapat dipaparkan sebagai berikut:
  1. Pembelajaran
Menurut Alwi (dalam Ali Karta, 2012) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses, cara dan perbuatan yang menjadikan seseorang belajar. Belajar merupakan proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses ini dapat dilakukan secara individu maupun bersama-sama dengan orang lain. Di sini guru berperan sebagai fasilitator yang mempermudah siswa dalam belajar.
  1. Aktif
3
 
Menurut Suparlan, Budimansyah dan Meirawan (dalam Ali Karta, 2012) menyatakan bahwa yang dimaksud aktif adalah di dalam proses belajar mengajar guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data serta informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, melaksanakan pekerjaan. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Pada pembelajaran aktif ini, diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga akhirnya mereka dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka.
  1. Inovatif
Menurut Hamzah dan Nurdin Mohamad (2011: 11) menyebutkan bahwa maksud inovatif di sini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga siswa yang sedang belajar. Pembelajaran yang inovatif diwarnai dengan adanya aktivitas, sumber belajar, media belajar dan sebagainya yang selalu memperkenalkan, memberikan, memanfaatkan dan menemukan hal-hal baru. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar.
  1. Kreatif
Menurut Alwi (dalam Ali Karta, 2012) menyatakan bahwa kreatif artinya memiliki daya cipta (memiliki kemampuan untuk menciptakan), bersifat mengandung daya cipta. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga dapat memenuhi sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran ini juga merupakan strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dipelajari. Pembelajaran yang kreatif sangat penting untuk pembentukan generasi muda yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
  1. Efektif
Menurut Alwi (dalam Ali Karta, 2012) menyatakan bahwa efektif artinya ada efeknya (akibatnya, pengaruh, kesannya), mujarab, manjur, dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan, Pembelajaran yang efektif artinya pembelajaran yang mampu mencapai kompetensi dasar secara optimal dengan proses yang mudah. Dengan strategi ini akan terjadi proses pembelajaran yang kondusif karena guru ketika memberikan pembelajaran telah terbekali dengan karakteristik siswayang menjadi dasar penetapan metode dan penggunaan media pembelajaran.
  1. Menyenangkan
   Menurut Alwi (dalam Ali Karta, 2012) menyenangkan artinya menjadikan senang, membuat bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati, memuaskan, merasa senang, menyukai. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran yang diciptakan dengan suasana nyaman, meriah, gembira, riang yang membuat siswa merasa nyaman belajar, tidak merasa tertekan, tidak menakutkan dan tidak terpaksa. Suasana seperti itu akan membuat peserta didik bisa lebih terfokus pada kegiatan belajar-mengajar di kelasnya, sehingga curah perhatiannya lebih tinggi sehingga dapat membantu peserta didik meningkatkan hasil belajarnya.
Kesenangan belajar bukan hanya karena lingkungan belajar yang menggairahkan, tetapi juga karena terpenuhinya hasrat ingin tahu (need achievement) peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan memerlukan dukungan pengelolaan kelas serta penggunaan media pembelajaran, alat bantu dan/sumber belajar yang tepat. Pembelajaran yang menyenangkan juga dapat tercipta karena proses pembelajaran disesuaikan dengan karkteristik murid.
            Pembelajaran berbasis PAIKEM diyakini dapat membantu siswa tidak hanya mampu menyerap pengetahuan tetapi juga mampu menggunakan pengetahuannya dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses diamanatkan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian yang sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Sehingga secara yuridis, pembelajaran berbasis PAIKEM sudah menjadi suatu keharusan yang dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah.
B. Strategi PAIKEM
            PAIKEM sesuai dengan singkatannya, merupakan pembelajaran yang berfokus pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan dan lingkungan ini, memiliki empat karakteristik yaitu:
  1. Mengalami
            Mengalami (pengalaman belajar) antara lain: melakukan pengamatan, melakuka percobaan, melakukan penyelidikan, melakukan wawancara, siswa belajar banyak melalui berbuat, pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
  1. Komunikasi
            Komunikasi dapat dilakukan dengan cara antara lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan, memajangkan hasil kerja dan mengungkapkan gagasan.
  1. Interaksi
            Interaksi bentuknya meliputi diskusi, Tanya jawab, melempar kembali suatu pertanyaan, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, kualitas hasil belajar meningkat.
  1. Refleksi
            Kegiatan refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang diperbuat atau dipikirkan, antara lain untuk perbaikan gagasan atau makna, untuk tidak mengulangi kesalahan, peluang untuk melahirkan gagasan baru.
Dari karakteristik tersebut, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan haknya dalam membangun gagasan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan strategi PAIKEM yaitu dengan cara memahami sifat-sifat yang dimiliki anak, mengenal anak secara perorangan, memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan ruang kelas sebagi lingkungan belajar yang menarik, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar, membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.
C. Strategi Pembelajaran, Pendekatan, Metode dan Teknik
1. Strategi Pembelajaran
            Strategi pembelajaran merupakan suatu pola umum pembelajaran siswa yang tersusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur (urutan langkah pembelajaran) pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Strategi terkait dengan kebijaksanaan guru dalam memilih pendekatan, metode, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian apa yang akan digunakan selama proses pembelajaran sebagai catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
            Menurut Hamzah dan Nurdin Mohamad (2011: 16) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan, dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2. Pendekatan
            Pendekatan merupakan suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu.
            Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Menurut Roy Killen (dalam Dwi Yunanto, 2010) menyebutkan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
3. Metode
            Metode merupakan prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Metode adalah jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan bisa dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi tersebut menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
4. Teknik
            Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Sehingga, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
            Teknik merupakan cara-cara konkrit yang dipakai pada saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik pembelajaran meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.
D. Pembelajaran Terpadu
            Menurut Prabowo (dalam Meilani Kasim, 2011) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik karena dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
            Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik (Developmentally Appropriate Practical). Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan dan pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak peserta didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian, peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
            Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum dapat berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut tampak dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dari kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, membaca dan sebagainya.
            Menurut Hilda Karli dan Margaretha (dalam Meilani Kasim, 2011) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:
  1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
  2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
  3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
5. Model –Model Pembelajaran
            Model Pembelajaran merupakan contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
            Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam PAIKEM yaitu dengan cara model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran inkuiri/penemuan, dan model pembelajaran berbasis masalah.
1.      Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif dengan ciri-ciri yaitu transformasi dan keterampilan secara langsung, pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu, materi pembelajaran yang telah terstruktur, lingkungan belajar yang telah terstruktur. Pemikiran mendasar dari model pembelajaran langsung yakni siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya.
Menurut Slavin (dalam Mohammad Jauhar, 2011: 48) mengemukakan bahwa ada tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
a.       Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Pada tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa ang diharapkan.
b.      Mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
c.       Menyampaikan materi pelajaran. Pada tahap ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
d.      Melaksanakan bimbingan dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreks kesalahan konsep.
e.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
f.       Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik
g.      Memberikan latihan mandiri. Pada tahap ini, guru emberika tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari.
Beberapa situasi yang dapat digunakan untuk menerapkan model pembelajaran ini yaitu ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik, ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau individu dan ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Adapun yang menjadi kelebihan model pembelajaran langsung antara lain yaitu guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai siswa, dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil, dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan, secara umum. Ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa pemalu, tidak percaya diri dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup, tidak merasa dipaksa dan dipermalukan.
            Sedangkan yang menjadi kelemahan dalam model pembelajaran ini adalah sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar serta ketertarikan siswa.jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahukan kepada mereka tentang semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menyebabkan hilangnya rasa tanggung jawab pada pembelajaran mereka sendiri. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat menimbulkan siswa menjadi kurang paham atau salah paham.
2.      Model Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paha konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
            Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim (dalam Mohammad Jauhar, 2011: 55) yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembanga keterampilan sosial.
            Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif meliputi Student Teams Achievement Division (STAD), investigasi kelompok, pendekatan struktural, Jigsaw, Team Games Tournament (TGT).
a.      Student Teams Achievement Division (STAD)
            STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembagian kelompok dalam pembelajaran tipe ini berdasarkan perbedaan kemampuan siswa, dalam satu kelompok terdapat 4 atau 5 orang. Model pembelajaran STAD ini berguna dalam mengkaji informasi dari pelajaran dan paling efektif ketika pertanyaan memiliki jawaban yang benar secara tunggal.


b.      Investigasi Kelompok
            Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi menjadi 5 atau 6 siswa heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakuka penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh siswa dalam kelas. Langkah-langkah metode investigasi kelompok secara singkat adalah menyeleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir dan evaluasi.
c.       Pendekatan Struktural
            Pendekatan struktural ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan teman-temannya. Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan yang lainnya, hanya saja pendekatan struktural menekankan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.  Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini, menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual. Ada dua macam struktur yang terkenal yaitu Think-pair-share dan Numbered-head-together, yang dapat digunakan guru untuk mengajarkan isi akademik atau mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token merupakan dua contoh struktur yang yag dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
d.      Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, kemudian diadaptasi Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru dapat menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point, dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang akan dipelajari misalkan jumlah murid di dalam kelas tersebut 40 maka dibagi menjadi 4 kelompok yang beranggotakan masing-masing kelompok 10 orang. Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru.
Sesi berikutnya, guru membentuk expert teams (kelompok ahli). Setiap kelompok ahli beranggotakan 10 orang yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan memahami topik yang sedang dipelajari. Setelah kelompok ahli selesai berdiskusi kemudian mereka kembali ke kelompok asalnya masing-masing. Kembalinya mereka ke kelompok asli berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi dengan maksud sebagai refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan. Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.
e.       Team Games Tournament (TGT)
                        TGT merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan karena melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajarn kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Terdapat lima komponen utama dalam TGT yaitu penyajian kelas, kelompok (team), game, turnamen, dan penghargaan kelompok (team recognize).
3.      Model Pembelajaran Inkuiri/Penemuan
            Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-prosesberpikir reflektif. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan/investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. Peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.
4.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah
            Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupan siswa yang bermakna baginya, peran guru di sini adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Kelebihan metode ini adalah siswa dilibatkan pada kegiatan belajar mengajar sehingga pengetahuannya dapat diserap dengan baik, melatih siswa bekerja sama dengan siswa lain, dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber. Sedangkan yang menjadi kelemahan dari metode pembelajaran ini yaitu bagi siswa yang malas maka tujuan dari metode ini tidak dapat tercapai, membutuhkan banyak waktu dan dana, tidak semua pelajaran dapat diterapkan menggunakan metode ini.
F.  Perbedaan Pembelajaran Partisipatori dengan Pembelajaran Ekspositori
            Pembelajaran Partisipatori/Partispatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. indikator pembelajaran partsipatif, yaitu (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik, (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan, (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
1.      Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2.      Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan
3.      Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
4.      Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
5.      Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
6.      Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
7.      Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar
            Sedangkan pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Pembelajaran ekspositori dapat juga digambarkan dengan metode ceramah (kemampuan menjelaskan). Metode ceramah atau kuliah mimbar adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Peggunaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru, karena gurulah yag berperan penuh dalam metode ceramah. Oleh karena itu kepiawaian guru dalam berbagai bidang sangat menentuka keberhasilan metode ini.
            Menurut Roy Killen (dalam Wina Sanjaya, 2011: 179) menamakan strategi ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction), karena dalam strategi ini mata pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi tersebut. Materi pelajaran seolah-olah sudah jadi. Oleh karena itu, strategi ekspositori lebih menakankan kepada prosedur bertutur, sehingga sering dinamakan dengan istilah strategi chalk and talk.
            Pengembangan pembelajaran ekspositori memiliki prosedur sebagai berikut:
  1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
  2. Menguasai materi pelajaran dengan baik
  3. Mengenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampain. Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu persiapan, penyajian, menghubungkan, menyimpulkan, dan penerapan.

Sabtu, 24 Agustus 2013

HUBUNGAN ANTARKETERAMPILAN BERBAHASA



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
  Komunikasi sudah merupakan suatu rutinitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Perlunya menjalin komunikasi salah satunya adalah untuk memperoleh informasi. Di mana sarana utama dalam komunikasi tersebut adalah bahasa. Dalam berkomunikasi, sering tidak kita sadari bahwa kita telah menerapkan beberapa dari keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi, secara umum orang lebih menekankan perhatian pada keterampilan berbicara. Mereka berusaha untuk memperbaiki diri agar mampu berbicara dengan lebih baik, baik dalam konteks berbicara antarpribadi,dalam kelompok kecil, maupun di hadapan massa. Dengan demikian, orang yang terampil berbicara bisa saja kurang terampil dalam menyimak.
Menyimak secara efektif merupakan aktivitas yang aktif dari pikiran seseorang, bukan hanya aktivitas yang pasif, yakni mendengarkan suara. Di samping itu, menyimak yang efektif tidak hanya menggunakan indera pendengaran saja, tetapi juga pikiran. Keterampilan berbahasa perlu ditingkatkan untuk memperlancar sistem komunikasi yang ada agar tidak terjadi kesalah pahaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba menjelaska apa itu keterampilan bahasa dan hubungan-hubungan antarketerampilan berbahasa serta hakikat menyimak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah keterampilan bahasa itu?
2. Bagaimanakah hubungan antarketerampilan berbahasa itu?
3. Apakah hakikat menyimak itu? 


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Bahasa
            Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan bahasa berdasarkan ragamnya meliputi lisan dan tulis sedangkan berdasarkan sifatnya meliputi reseptif dan produktif. Ragam lisan mencakup keterampilan menyimak dan berbicara, sedangkan ragam tulis meliputi keterampilan membaca dan menulis. Dilihat dari sifatnya, maka yang termasuk dalam kelompok reseptif yaitu menyimak dan membaca. Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok produktif adalah berbicara dan menulis. Apabila ditunjukkan menggunakan tabel, adalah sebagai berikut
KETERAMPILAN BERBAHASA (RAGAM)
SIFAT

LISAN
TULIS
MENYIMAK
MEMBACA
RESEPTIF
BERBICARA
MENULIS
PRODUKTIF







B. Hubungan Antarketerampilan Berbahasa
2
 
            Empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak dan berbicara (lisan) serta membaca dan menulis (tulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan bahasa yang lainnya.
Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung.



1.    Hubungan Antarragam
            Hubungan anatraragam meliputi hubungan menyimak dengan berbicara dan hubungan membaca dengan menulis.
a.      Hubungan Menyimak dengan Berbicara
            Dalam kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak dan pembicara dapat bertukar atau berganti peran. Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan sebaliknya, pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan tanya jawab, saling memberi masukan atau interaktif.
            Pengetahuan yang diperoleh dari seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik.
b.      Hubungan Membaca dengan Menulis
            Dalam keterampilan berbahasa tulis, keterampilan membaca dan menulis juga dapat berganti peran. Contohnya ketika Anda menerima surat, Anda membacanya. Anda menjadi pembaca. Ketika Anda menulis surat balasan maka Anda menjadi penulis.
            Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau meningkatkan keterampilan menulis. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi penulis yang baik, orang harus memiliki keterampilan membaca yang baik.
2.    Hubungan Antarsifat
                        Hubungan antarsifat mencakup hubungan menyimak dengan membaca dan hubungan berbicara dengan menulis.
a.      Hubungan Menyimak dengan Membaca (Reseptif)
            Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui kegiatan menyimak akan menjadi skemata yang akan membantunya ketika memahami isi bacaan, demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil membaca akan menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan. Artinya, kedua keterampilan berbahasa reseptif ini selalu saling mendukung. Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil membaca juga terampil menyimak atau sebaliknya.
b.      Hubungan Berbicara dengan Menulis (Produktif)
            Antarketerampilan berbahasa produktif juga memiliki hubungan yang erat. Misalnya seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika mempresentasikan makalahnya, Ia juga memiliki kepandaian dalam menulis bahan seminar.
C. Hakikat Menyimak
                  Menurut Puji Santoso, dkk (2007: 631) hakikat menyimak adalah sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau sebagai suatu pengalaman kreatif.
                  Sedangkan, Menurut H. G. Tarigan mengartikan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
            Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
1.      Tujuan  Menyimak
Menurut H.G Tarigan menyimak mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Menyimak untuk belajar
2.      Menyimak untuk  Menikmati keindahan audial
3.      Menyimak untuk  Mengevaluasi
4.      Menyimak untuk  Mengapresiasi materi simakan
5.      Menyimak untuk  Mengkomunikasikan ide-ide
6.      Menyimak untuk  Membedakan bunyi-bunyi
7.      Menyimak untuk  Memecahkan masalah
8.      Menyimak untuk  Meyakinkan
Sedangkan menurut  Bunga Ayesha menyimak bertujuan untuk:
1.      Mendapatkan Fakta
2.      Mengevaluasi Fakta
3.      Menganalisis Fakta
4.      Mendapatkan Inspirasi
5.      Menghibur Diri
6.      Meningkatkan Kemampuan Berbicara
2. Manfaat dan Peran Menyimak 
Menyimak memiliki beberapa manfaat dan peranan. Manfaat dari menyimak diantaranya adalah sebagai berikut.
1.   Memperlancar komunikasi
2.  Informasi untuk menambah wawasan,Pengetahuan, dan pengalaman tentang kehidupan.
3.   Sebagai dasar belajar bahasa
Selain memiliki manfaat, menyimak juga memiliki banyak peranan, diantaranya:
1.      Landasan belajar berbahasa
2.      Penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis
3.      Pelancar komunikasi lisan
4.      Penambah informasi
3.      Perbedaan Menyimak dengan Mendengar
Menyimak berbeda dengan mendengar dan mendengarkan, perbedaanya adalah sebagai berikut :
·         Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
·         Mendengar adalah aktivitas fisik dimana seseorang menerima suara melalui indera pendengaran.
·         Mendengarkan adalah Mendengarkan adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar. Akhiran “kan” pada kata tersebut memberikan arti yang sungguh berbeda.
Dengan demikian jelas sudah bahwa menyimak memiliki arti yang lebih kompleks daripada hanya mendengar karena menyimak terrdapat proses mendengar, memahami, mengapresiasi, dan menginterpretasi bunyi yang diterimanya dan bukan sekedar bunyi yang masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara menyimak, mendengar, dan mendengarkan:
No
Kegiatan
Kesengajaan
Tujuan
Pemahaman
1
Mendengar
Tidak Sengaja
Tidak Memiliki Tujuan
Tidak Sampai Pada Pemahaman
2
Mendengarkan
Disengaja
Memiliki Tujuan
Berusaha Sampai Pada Pemahaman
3
Menyimak
Disengaja
Memiliki Tujuan
Sampai Pada Pemahaman

4.  Tahap-Tahap dalam Proses Menyimak
a.  Mendengarkan (hearing)
Mendengarkan dalam arti hearing didefinisikan sebagai aktivitas fisik dimana seseorang menerima suara melalui indera pendengaran. Oleh karena itu, seseorang perlu mendengar (hearing) agar dapat menyimak (listening).
b.  Memperhatikan (attention)
Perasaan seseorang secara terus menerus dibombardir dengan berbagai stimuli/rangsangan yang berasal dari luar. Contohnya, pada saaat seseoranng berada di Mall,maka lingkungan akan
Memberikan stimuli, seperti musik dari setiap counter atau toko,tayangan interaktif sebagai penarik konsumen, suara orang menawarkan atau memengaruhi konsumen, lampu yang berpijar, balon-balon promosi, dan barang-barang lain untuk menarik konsumen. Suatu rangsangan yang kuat biasanya mendapat perhatian dengan segera.
c. Memahami (understanding)
Kedua tahap di atas, yakni mendengar (hearing) dan perhatian belum sampai pada memberikan makna terhadap pesan yang di sampaikan. Pada tahap selanjutnya,yakni tahap memahami, pesan yang dikirim dalam simbol-simbol yang dilihat atau di dengar akan diberi makna.
Pengertian simbol bukan hanya menyakup kata-kata yang dikirim, tetapi juga termasuk suara-suara yang dihasilkan dari tepukan tangan,bunyi peluit,dan bunyi sirine.
d.  Mengingat (remembering)
Pesan yang telah diterima dan diinterprestasikan kemudian diletakkan dalam ingatan. Setelah masuk ke dalam ingatan, pesan tersebut akan dihubungkan dengan pesan yang sudah mengendap dalam ingatan sehingga membentuk suatu rangkaian ingatan baru. Jika dibutuhkan, pesan akan dikeluarkan lagi dari ingatan.
e.  Mengevaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluasi, pesan yang di sampaikan akan di ukur bukti-buktinya,akan dibedakan mana fakta dan mana yang opini, dan menentukan apakah pesan itu mengandung bisa atau tidak. Pada tahap ini pula listener dimungkinkan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan berkaitan dengan pesan yang disampaikan.
f.  Menanggapi (responding)
Tahap keenam merupkan tahap akhir dalam proses menyimak, yaitu menanggapi pembicaraan atau pesan yang disampaikan dengan memberikan umpan balik (feedback). Meskipun pesan yang dikirim sama, tetapi umpan balik antara listener satu dengan yang lain bisa berbeda.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan bahasa berdasarkan ragamnya meliputi lisan dan tulis sedangkan berdasarkan sifatnya meliputi reseptif dan produktif. Ragam lisan mencakup keterampilan menyimak dan berbicara, sedangkan ragam tulis meliputi keterampilan membaca dan menulis. Dilihat dari sifatnya, maka yang termasuk dalam kelompok reseptif yaitu menyimak dan membaca. Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok produktif adalah berbicara dan menulis.
            Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Hubungan keterampilan pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung.
            Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Dalam menyimak terdapat tahapan atau proses Tahap mendengar (hearing), Tahap memahami (understanding), Tahap menginterpretasi (interpreting),  Tahap mengevaluasi (evaluating), dan Tahap menanggapi (responding).
B. Saran
            Bagi pembaca hendaknya lebih meningkatkan lagi dalam keterampilan berbahasa yang lain, karena hal itu merupakan modal utama untuk dapat menjalin komunikasi dengan lancar. Seperti halnya kegiatan menyimak yang memerlukan adanya kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif, pemahaman dan penilaian. Dengan begitu, miss comunication dapat diminimalis.