Pengertian, Tujuan dan Pendekatan
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan
itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran
“an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah
kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam
pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (dalam Mujahidin, 2012) adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (dalam Mujahidin, 2012)
adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang
mendapat pengajaran dari guru.
Tujuan pengelolaan kelas:
a. Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mengembangkan
kemampuannya secara optimal.
b. Mempertahankan
keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi gangguan dalam
belajar mengajar dapat dikurangi dan dihindari.
c.
Menghilangkan
berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
d. Mengatur semua
perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta didik belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.
e.
Melayani dan
membimbing perbedaan individual peserta didik.
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajr-mengajar.
Pengelolaan kelas berdasarkan pendekatannya terbagi kepada enam jenis, yaitu:
Pendekatan
Otoriter (Autority Approach),
pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku sisiwa
dengan penerapan disiplin secara ketat. Dalam pendekatan ini mengandung unsur
kekuasaan dan ancaman.
Pendekatan
Permisif (Permisive Approach),
pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dengan member kebebasan
kepada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka
inginkan.
Pendekatan
Resep, pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan dengan member satu daftar
yang dapat menggambarkan apa yang harus dan tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah/ situasi kelas.
Pendekatan
Pengajaran, pengelolaan kelas adalah upaya merencanakan dan mengimplemantasikan
pelajan yang baik.
Pendekatan
Perubahan Perubahan Tingkah Laku (Behavior
Modification Approach), pengelolaan kelas adalah upaya untuk mengembangkan
dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari sisiwa dan
berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku
negative siswa.
Pendekatan
Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Sosio
Emosional Climate Approach), pengelolaan kelas adalah upaya untuk
menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik dan sehat antara guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Pendekatan
Proses Kelompok (Group Proses Approach),
pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Pendekatan
Pluralistik (Electis Approach) adalah
pandangan yang mencakup tiga pendekatan yaitu: perubahan tingkah laku,
iklim sosio emosional, dan proses kelompok
Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas,
prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi
guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di
uraikan berikut ini:
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan
antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab
engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi
Penggunaan alat
atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan
anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang
dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif.
d. Keluesan
Keluesan tingkah
laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan
munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang
efektif.
e. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya,
dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif,
dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya
proses belajar mengajar.
f. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir
dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri
sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin
dalam segala hal.
Iklim
Belajar dan Lingkungan yang Kondusif
Iklim
belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat
memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya iklim
belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Iklim
belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang
menyenangkan, seperti: sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan
dan sikap guru, hubungan yang haromonis antara peserta didik dengan guru dan di
antara peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan
pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta
didik. Menurut E. Mulyasa (dalam Soleh Sofa, 2012), iklim belajar yang
menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik.
Berkenaan
dengan hal tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan,
yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk,
penerangan suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari
(pembentukan dan pengembangan kompetensi), dan bina suasana dalam pembelajaran.
Implementasi
kurikulum 2004 memerlukan ruangan yang fleksibel serta mudah disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik dan guru. Luas ruangan dengan jumlah peserta didik
perlu diperhatikan, bila pembelajaran dilakukan di ruang tertutup; sedangkan di
ruang terbuka perlu diperhatikan gangguan-gangguan yang dating dari lingkungan
sekitar. Sarana dan media pemebalajaran juga perlu diatur dan ditata sedemikian
rupa.
Lingkungan
kondusif menurut E. Mulyasa (dalam Soleh Soffa, 2012), dapat dikembangkan
melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut.
1. Memberikan
pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas
pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama
bagi mereka yang lambat belajar akan membangkitkan nafsu dan semangat belajar,
sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah.
2. Memberikan
pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau
berprestasi rendah. Dalam sistem pembelajaran klasikal, sebagian peserta didik
akan sulit mengikuti pembelajaran secara optimal, dan menuntut peran ekstra gur
untuk memberikan pembelajaran remedial.
3. Mengembangkan
organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan
potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah
penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik,
serta pengelaloaan kelas yang tepat, efekif, dan efisien.
4. Menciptakan
suasana kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara
peserta didik dengan guru dan pengelolaan pembelajaran lain. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setipa peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sangsu atau
dipermalukan.
5. Melibatkan
peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini
guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing. Sekali-kali cobalah
untuk melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, agar
mereka merasa bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
6. Mengembangkan
proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan
guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai
sumber belajar.
7. Mengembangkan
sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri (self assessment). Dalm hal ini, guru
sebagai fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana
mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilaluinya.
Anne
Forestor dan Margaret dan dua guru di Kanada, dalam buku mereka yang popular,
“The Learners Way” berbicara tentang “menciptakan sebuah iklim kelas yang
menyenangkan.” Mereka mengatakan bahwa variasi, kejutan, imajinasi, dan
tantangan sangatlah penting dalam menciptakan iklim tersebut. Mendatangkan tamu
yang mengejutkan, melakukan perjalanan misteri, kunjungan lapanagan, program
spontan, penelitian yang diuslkan siswa sendiri menambah pengayaan, di samping
membaca, menulis, dan diskusi. Pembuatan drama dan pertunjukan bone dirangsang
oleh bahan-bahan bacaan dan lebih banyak direncanakan oleh anak-anak sendiri.
Dengan
demikian ruang kelas akan jarang, sepi, dan mati. Kebersamaan dan interaksi adalah
komponen vital dari iklim yang menyenagkan. Penemuan, pembelajaran gaya baru,
dan kegairahan mencapai prestasi menuntut ekspresi yang meyakinkan. Jika iklim
keasyikan tersebut mampu kita hadirkan, begitu memasuki ruangan kelas yang
direncanakan dengan baik, itulah langkah pertama dalam menyiapkan suasana
kondusif untuk proses belajar yang efektif.
Lingkungan
fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud
meliputi Kondisi Fisik seperti:
1. Ruang
tempat berlangsungan proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus
memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-desakan, dan saling mengganggu
antar siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas
belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa
yang melakukan kegiatan. Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, pakailah
hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
2. Pengaturan
tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang
penting memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan kelancaran proses belajar mengajat
tempat duduk akan mempengaruhi proses belajar mengajar.
3. Ventilasi
dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi, dan penerangan
(kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin
kesehatan siswa.
4. Pengaturan
penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan
pada tempat khusus yang mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan
bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan
dapat dismpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu
pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerak kegiatan siswa. Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat
penting dan secara periodic harus dicek dan recek. Hal lainnya adalah
pengamanan barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.
Suhaenah
Suparno (dalam Soleh Sofa, 2012) mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi
ketika melakukan penataan fasilitas ruang kelas sebagai berikut:
a. Penataan
ruangan dianggap baik apabila menunjang efektivitas proses pembelajaran yang
salah satu petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru
dapat mengelola kelas dengan baik.
b. Penataan
tersebut bersifat fleksibel (luwes) sehingga perubahan dari satu tujuan ke
tujuan yang lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat
kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu.
c. Ketika
anak belajar tentang suatu konsep, maka ada fasilitas-fasilitas yang dapat
memberikan bantuan untuk memperjelas konsep-konsep tersebut yaitu berupa
gambar-gambar atau model atau media lain sehingga konsep-konsep tersebut tidak
bersifat verbalitas. Tempat penyimpanan alat dan media tersebut cukup mudah
dicapai sehingga waktu belajar siswa tidak terbuang.
d. Penataan
ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu membantu siswa meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka merasa senang belajar. Indikator
ini tentu tidak dengan segera diketahui,uang tetapi guru yang berpengalaman akan dapat
melihat apakah siswa belajar dengan senang atau tidak.
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengaturan ruang kelas adalah:
a. Ruang
kelas harus diusahakan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Ukuran
ruang kelas 8 m x 7 m
2) Dapat
memberikan kebebasan gerak, komunikasi, pandangan, dan pendengaran.
3) Cukup
cahaya dan sirkulasi udara.
4) Pengaturan
perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa.
b. Daun
jendela tidak mengganggu lalu lintas pada selayar.
c. Perlatan
dan perabot yang harus ada dalam ruang kelas antara lain:
1) meja-kursi
untuk guru dan siswa,
2) papan
tulis,
3) papan
panel,
4) alamari,
5) rak
buku ruang,
6) alat
pembersih,
7) gambar
presiden, wakil presiden, dan garuda pancasila,
8) kalender
pendidikan,
9) tempat bendera merah putih,
10) daftar/
jadwal pelajaran
11) gambar/
denah kelas termasuk tempat duduk siswa,
12) taplak
meja,
13) tempat
bunga,
14) keranjang
sampah,
15) lap/
serbet.
Terdapat
dua komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas yang perlu
diperhatikan guru, yaitu:
1. Keterampilan
yang bersifat preventif, yakni keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi
belajar optimal guna menghindari terjadinya situasi yang tidak menguntungkan
atau merusak proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola
kelas yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara:
a) Menunjukkan
sikap tanggap, yaitu guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti
guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta
didik yang menunjukkan perilaku positif maupun negative.
b) Membagi
perhatian, yaitu guru harus mampu membagi perhatian kepada semua peserta didik
yang dapat berupa visual maupun verbal.
c) Memusatkan
perhatian, yaitu mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan peserta didik
dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu.
d) Memberi
petunjuk-petunjuk yang jelas, yaitu dapat dilakukan untuk materi yang
disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainya
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran.
e) Menegur,
yaitu dengan menegur peserta didik bila mereka menunjukkan perilaku yang
mengganggu atau menyimpang.
f) Memberi
penguatan, yaitu perilaku peserta didik yang positif maupun negatif perlu
memperoleh penguatan. Perilaku positif diberi penguatan agar perilaku tersebut
muncul kembali, sedangkan perilaku negative perlu diberi penguatan dengan cara
member teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi kembali.
2. Keterampilan
yang bersifat represif, yakni keterampilan mengembalikan kondisi belajar
mengajar yang tidak menentu ke dalam kondisi belajar yang efektif.
a) Modifikasi
tingkah laku. Perilaku peserta didik yang mengganggu dianalisis kemudian
menentukan langkah-langkah untuk remedial. Dalam hal ini guru dapat menempuh
cara-cara konselor.
b) Pengelolaan
kelompok. Guru dapat memanfaatkan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan
cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
c) Menemukan
dan memecahkan tingkah laku yang menumbuhkan masalah. Guru dapat melaksanakan
beberapa cara untuk mengendalikan tingkah laku mengganggu yang muncul yaitu:
pertama menyadari sebab-sebab perilaku itu muncul, dan kedua menemukan
pemecahannya.
Beberapa
hal yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas,
adalah:
1. Campur
tangan yang berlebihan
Bila guru terlalu mencampuri
peserta didik misalnya member interupsi, tugas mendadak saat peserta didik
asyik mengerjakan tugas akan menimbulkan kegiatan terganggu dan peserta didik
merasa guru telah mencampuri.
2. Kesenyapan
Bila tiba-tiba guru menghentikan
penjelasan dalam waktu yang lama kareana kemungkinan sang guru lupa, saat
memberi pelajaran maka dapat menimbulkan pikiran peserta didik mengawang-awang.
3. Ketidaktepatan
memulai dan mengakhiri kegiatan
Proses belajar mengajar yang tidak
direncanakan secara matang dapat menimbulkan kekacauan struktur atau prosedur.
4. Penyimpangan
Adakalanya guru memberikan contoh
atai kondisi pada hal-hal tertentu yang tidak ada relevansinya dengan pelajaran
dan menceritakan pengalaman hidupnya tidak ada kaitanyya dengan bahan yang akan
disampaikan, Hal ini perlu dihindari.
5. Bertele-tele
Adalah sikap guru yang sering
mengulang-ulang suatu pokok materi tertentu atau melebar masalah masalah kecil
dapat menyebabkan peserta didik bosan.
6. Pengulangan
penjelasan yang tidak perlu
Adakalanya guru tidak efisien dalam
member penjelasan, sering mengulang-ulang suatu penjelasan atau satu penjelasan
yang dapat diberikan kepada seluruh kelas malah disampaikan pada tiap peserta
didik secara perorangan atau pada kelompok. Hal ini perlu dihindari.