BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Majunya peradaban suatu
bangsa dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah adanya budaya berupa
karya sastra, dalam perkembangan sejarah sering digunakanya karya sastra
sebagai tolok ukur majunya peradaban suatu bangsa, apabila suatu bangsa
memiliki karya sastra yang indah serta adiluhung, niscaya keberadaan bangsa
tersebut akan lebih diakui dan dihargai sebagai bangsa yang berwibawa,
berkeribadian, dan berbudaya.
Karya sastra berkembang
sesuai dengan keadaan zaman, maka dari itulah lahir beberapa angakatan
sastrawan yang sesuai pada masanya, karya sastra yang dilahirkan dapat berisi tentang
keadaan sosial, kritik sosial, protes sosial, atau sebagai sarana sosialisasi
dan komunikasi yang efektif, agar masyarakat dapat menangkap makna dibalik
karya sastra tersebut, yang sejatinya merupakan harapan para sastrawan dalam
menciptakan karya sastra tersebut.
Sebagai generasi
penerus kita wajib mengetahui,mempelajari dan selanjutnya melestarikan
keberadaan karya sastra tersebut, bahkan menjadikanya sebagai inspirasi dan
penyemangan bagi kita untuk selalu berkarya dalam rangka memberikan konstribusi
bagi kemajuan bangsa dan Negara.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu sastra
angkatan ’66?
2.
Apa itu sastra
kontemporer periode 70-an?
|
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sastra
Angkatan ‘66
1.
Latar Belakang Munculnya
Sastra Angkatan ‘66
Munculnya sastra angkatan
‘66 ini didahului dengan adanya kemelut di segala bidang kehidupan di Indonesia
yang disebabkan oleh aksi teror politik
G30S/PKI dan ormas-ormas yang bernaung dibawahnya. Angkatan ‘66 mempunyai
cita-cita ingin adanya pemurnian pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide-ide
yang terkandung di dalam Manifest Kebudayaan. Tumbuhnya sastra angkatan ‘66
sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang
dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura. Munculnya nama
angkatan ‘66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah Horison nomor 2
tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ‘66 lahir setelah
ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI. Penamaan angkatan ‘66 ini pun mengalami
adu pendapat. Sebelum nama angkatan ‘66 diresmikan, ada yang memberi nama
angkatan Manifest Kebudayaan (MANIKEBU). Alasan penamaan ini karena Manifest
Kebudayaan yang telah dicetuskan pada tahun 1963 itu pernyataan tegas perumusan
perlawanan terhadap penyelewengan Pancasila dan perusakan kebudayaan oleh
Lekra/PKI. Beberapa sastrawan merasa keberatan dengan nama angkatan MANIKEBU.
Mereka berpandangan bahwa sastrawan yang tidak ikut menandatangani atau
mendukung Manifest Kebudayaan akan merasa tidak tercakup di dalamnya, meskipun
hasil ciptaannya menunjukkan ketegasan dalam menolak ideologi yang dibawa oleh
PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan.
|
Faktor-faktor penyebab pertumbuhan sastra cukup pesat, antara
lain
adanya taman Ismail Marzuki, didirikannya penerbit Pustaka Jaya, adanya maecenas yang stabil. Maecenas adalah sebagai pelindung seni dan kebudayaan dan pemerintah DKI menyelenggarakan lomba menulis roman, naskah drama yang bisa merangsang pengarang sehingga muncul kegiatan seni budaya.
adanya taman Ismail Marzuki, didirikannya penerbit Pustaka Jaya, adanya maecenas yang stabil. Maecenas adalah sebagai pelindung seni dan kebudayaan dan pemerintah DKI menyelenggarakan lomba menulis roman, naskah drama yang bisa merangsang pengarang sehingga muncul kegiatan seni budaya.
2.
Ciri-Ciri Sastra Angkatan ‘66
Karya yang dihasilkan bermacam-macam ide dan warna.
Contohnya: warna lokal yang terdapat pada Ronggeng Dukuh Paruk karya Achmad
Thohari. Tema yang diangkat banyak
mengenai masalah kegelisahan batin dan rumah tangga. Kegelisahan tersebut
bersumber pada situasi budaya belum mapan dan situasi-situasi tersebut karena
adanya norma politik dan norma ekonomi. Menegakkan keadilan dan
kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan
kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut
menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dan PKI. Sastra Angkatan ’66
berobsesi menjadi Pancasilais sejati. Yang paling terkenal adalah kumpulan
sajak “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir seluruh
tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan yang sempat berseteru
dengan LEKRA. Sastra tersebut merupakan sastra protes. Arti penting sajak angkatan ‘66 pertama-tama bukanlah sebagai seni,
tetapi merupakan curahan hati khas anak-anak muda yang mengalami kelegaan
perasaan setelah masa penindasan.
3. Tokoh Sastra Angkatan ’66 dan Hasil
Karyanya
Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam,
Ikranegara,
Leon
Agusta,
Arifin C. Noer,
Darmanto Jatman,
Arief Budiman,
Goenawan Mohamad,
Budi
Darma,
Hamsad Rangkuti,
Putu Wijaya,
Wisran Hadi,
Wing
Kardjo,
Taufik Ismail.
Contoh karya Taufik Ismail yaitu Malu
(Aku)
Jadi
Orang
Indonesia, Tirani
dan
Benteng
(kumpulan sajak tahun 1966), Buku
Tamu
Musim
Perjuangan, Sajak
Ladang
Jagung, Kenalkan, Saya
Hewan, Puisi-puisi
Langit, Buku
Tamu Museum Perjuangan (kumpulan sajak, 1969).
4.
Contoh Hasil Karya Sastra Angkatan ‘66
a.
Buku Tamu Musium Perjuangan
Pada
tahun keenam Setelah di kota kami didirikan Sebuah musium perjuangan Datanglah
seorang lelaki setengah baya Berkunjung dari luar kota Pada sore bulan Nopember
berhujan Dan menulis kesannya di buku tamu Buku tahun keenam, halaman seratus
delapan
‘Bertahun-tahun aku rindu Untuk
berkunjung ke mari Dari tempatku jauh sekali Bukan sekedar mengenang kembali
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan Di daerah ini Bukan sekedar menatap
lukisan-lukisan Dan potret para pahlawan Mengusap-usap karaben tua Baby mortir
buatan sendiri Atau menghitung-hitung satyalencana Dan selalu
mempercakapkannya
Alangkah sukarnya bagiku Dari
tempatku kini, yang begitu jauh Untuk datang seperti saat ini Dengan jasad
berbasah-basah Dalam gerimis bulan Nopember
Datang sore ini, menghayati musium
yang lengang Sendiri Menghidupkan diriku kembali Dalam pikiran-pikiran waktu
gerilya Di waktu kebebasan adalah impian keabadian Dan belum terpikir oleh kita
masalah kebendaan Penggelapan dan salahguna pengatas-namaan Begitulah aku
berjalan pelan-pelan Dalam musium ini yang lengang Dari lemari kaca tempat
naskah-naskah berharga Ke sangkutan ikat kepala, sangkur-sangkur berbendera
Maket pertempuran dan penyergapan di jalan Kuraba mitraliur Jepang dari baja
hitam Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt PENGOEMOEMAN REPUBLIK yang mulai
berdebu Gambar laskar yang kurus-kurus Dan kuberi tabik khidmat dan diam Pada
gambar Pak Dirman
Mendekati tangga turun, aku menoleh
kembali Ke ruangan yang sepi dan dalam Jendela musium dipukul angin dan hujan
Kain pintu dan tingkap bergetaran Di pucuk-pucuk cemara halaman Tahun demi
tahun mengalir pelan-pelan
Di depan tugu dalam musium ini
Menjelang pintu keluar di tingkat bawah Aku berdiri dan menatap nama-nama
Dipahat di sana dalam keping-keping aluminia Mereka yang telah tewas Dalam
perang kemerdekaan Dan setinggi pundak jendela Kubaca namaku di sana…
b.
Orang Hutan (dalam Kumpulan Puisi Saya
Hewan)
“Perkenalkan anak-anak, saya hewan!
Nama saya Orang Hutan
Hobi saya di pohon berayun-ayunan
Alamat saya hutan Kalimantan.”
Anak-anak sekelas jadi heran dan gelak-gelakAda orang hutan lepas dari Kebun Binatang?Tapi dia nampaknya baik dan tidak galakBentuknya memang seperti orang
Pak guru menerangkan di depan kelas
Pelajaran ilmu hewan supaya jelas:
“Memang di kalangan para hewan biasa
Orang Hutan paling mirip manusia”
“Tangannya ini panjang sekali, dua kali tinggi badan
Sering dipakai berayun dari dahan ke dahan pepohonan
Kakinya pendek, tapi jari kakinya pandai menggenggam
Sangat berguna di hutan siang dan malam”
Kemudian pak guru ilmu hayat berkata pula:
“Dia ini gemuk tak terkira
Kira-kira delapan puluh kilo berat badannya
Bulunya berwarna coklat tua”
Lantas dengan sopan dia minta permisi akan pergi segeraBersalaman dengan guru ilmu hayat dan anak-anak dilambainya“Selamat jalan Orang Hutan, baik-baik di jalan ya.”Dia pulang ke Kebun Binatang, lompat lewat jendela.
Nama saya Orang Hutan
Hobi saya di pohon berayun-ayunan
Alamat saya hutan Kalimantan.”
Anak-anak sekelas jadi heran dan gelak-gelakAda orang hutan lepas dari Kebun Binatang?Tapi dia nampaknya baik dan tidak galakBentuknya memang seperti orang
Pak guru menerangkan di depan kelas
Pelajaran ilmu hewan supaya jelas:
“Memang di kalangan para hewan biasa
Orang Hutan paling mirip manusia”
“Tangannya ini panjang sekali, dua kali tinggi badan
Sering dipakai berayun dari dahan ke dahan pepohonan
Kakinya pendek, tapi jari kakinya pandai menggenggam
Sangat berguna di hutan siang dan malam”
Kemudian pak guru ilmu hayat berkata pula:
“Dia ini gemuk tak terkira
Kira-kira delapan puluh kilo berat badannya
Bulunya berwarna coklat tua”
Lantas dengan sopan dia minta permisi akan pergi segeraBersalaman dengan guru ilmu hayat dan anak-anak dilambainya“Selamat jalan Orang Hutan, baik-baik di jalan ya.”Dia pulang ke Kebun Binatang, lompat lewat jendela.
c.
Makna Seribu Bulan
(Kumpulan Puisi Langit)
Malam biru hitam
Di planit tua ini
Ketika margasatwa
Suhu. Suara. Perpohonan
Embun mengendapkan intan
Angin membisiki hutan
Gunung jadi keristal
Bisu,
Sungai-sungai menahan
Napasnya
Sumbu bumi berhenti
Ketika sangkakala angkasa
Ditiup pelahan
Dalam suara
Firdausi
Ketika Mukjizat turun
Ketika Sifat Rahim mengalun
Di planit tua ini
Dan gerbang kosmos
Dibuka
Dalam angin berkelepakan
Sayap-sayap malaikat
Dengan cahaya suarga
Meluncur-luncur
Melinangi bumi
Ketika bulan akan sabit
Dan berjuta bintang
Gemerlap
Dan manusia menangis
Di bumi
Di bawah Nur Ilahi
Pada malam benderang
Ketika margasatwa senyap
Waktu pun berhenti
Embun membasahi dahi
Pohon-pohon menunduk
Wahai:
Mukjizat telah turun
Sifat Rahim mengalun
Lelaki itu
Perempuan itu
Menangis dalam syukur
Berair mata dalam doa
Dalam teduh Mukjizat dan Keampunan
Ketika bulan belum sabit
Ketika malam seribu bulan.
1965
Di planit tua ini
Ketika margasatwa
Suhu. Suara. Perpohonan
Embun mengendapkan intan
Angin membisiki hutan
Gunung jadi keristal
Bisu,
Sungai-sungai menahan
Napasnya
Sumbu bumi berhenti
Ketika sangkakala angkasa
Ditiup pelahan
Dalam suara
Firdausi
Ketika Mukjizat turun
Ketika Sifat Rahim mengalun
Di planit tua ini
Dan gerbang kosmos
Dibuka
Dalam angin berkelepakan
Sayap-sayap malaikat
Dengan cahaya suarga
Meluncur-luncur
Melinangi bumi
Ketika bulan akan sabit
Dan berjuta bintang
Gemerlap
Dan manusia menangis
Di bumi
Di bawah Nur Ilahi
Pada malam benderang
Ketika margasatwa senyap
Waktu pun berhenti
Embun membasahi dahi
Pohon-pohon menunduk
Wahai:
Mukjizat telah turun
Sifat Rahim mengalun
Lelaki itu
Perempuan itu
Menangis dalam syukur
Berair mata dalam doa
Dalam teduh Mukjizat dan Keampunan
Ketika bulan belum sabit
Ketika malam seribu bulan.
1965
B.
Sastra
Kontemporer Periode 70-an
1.
Latar Belakang Munculnya
Sastra Kontemporer Periode 70-an
Sastra kontemporer
adalah karya sastra yang bersifat eksperimental, memiliki sifat-sifat yang
“menyimpang” dari konvensi-konvensi sastra yang berlaku biasa atau umum. Sastra
kontemporer muncul sebagai reaksi terhadap sastra konvensional yang sudah beku
dan tidak kreatif lagi. Sastra kontemporer merambah pada seluruh jenis karya
sastra, seperti novel, puisi, dan drama. Tokoh-tokoh sastra ini pada zamannya
termasuk sastrawan mudah pada tahun 70-an.
Munculnya sastra kontemporer merupakan
reaksi terhadap sastra konvensional yang dianggap telah mendominasi eksistensi
karya sastra. Bahkan sastrawan mudah merasa jenuh dengan karya sastra yang
telah ada karena merasa terbelenggu daya kreasinya.
Kelahiran
sastra kotemporer di pelopori oleh sosok Sutardji C.B. Sastra kontemporer lahir
karena adanya pergeseran nilai kehidupan dan tatanan dalam masyarakat secara
menyeluruh. Pada dasarnya sastra kontemporer Indonesia lebih cenderung di
pengaruhi oleh sastra Barat atau Eropa. Ciri salah satu karakter sastra
kontemporer Indonesia adalah ” seni untuk seni “
Sastra
kontemporer merupakan bentuk seni yang mengobrak-abrik tatanan bahasa atau kata. Karakteritas yang
sangat menonjol pada karya sastra kontemporer ini adalah karyanya yang sangat
non–konvensional sehingga karya sastra ini cenderung kurang diminati oleh para
pembaca pada umumnya.
2.
Ciri-Ciri Sastra Kontemporer Periode 70-an
Ciri atau karakteritas sastra kontemporer
atau sering disebut dengan sastra Avant Garde ini yaitu sastra yang sudah jelas
penokohannya atau dan karakter tokoh, sastra bertujuan mencapai keabsolutan seni menciptakan tingkat
penciptaan yang setinggi–tingginya dengan semboyan “seni untuk seni”.
Mereka tidak peduli apakah karya
semacam itu dapat dipahami oleh lingkungannya atau tidak. Mereka mencipta demi
kemajuan bangsanya. Inilah sebabnya sering muncul tuduhan bahwa avant garde
hanya berkarya untuk para kritikus seni yang berwibawa saja.
Karakteristik
sastra kontemporer atau Avant Garde ini bertumpu kepada seni yang telah
mentradisi. Karakteristik avant garde ini diciptakan oleh para seniman tidak
dengan eksperimen tidak dengan coba–coba, tidak dengan lempar dadu. Para
seniman pencipta karya sastra kontemporer ini ini bekerja melalui proses
penciptaan yang panjang. Melalui pencarian yang panjang dan bertanggungjawab.
Tema dan ciri-ciri dari puisi kontemporer adalah sebagai berikut:
a. Tema Puisi Kontemporer,
Biasanya
puisi-buisi kontemporer bertemakan:
1) Tema
protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi.
2) Tema
humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subjek pembangunan
dan bukan objek pembangunan.
3) Tema
yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan cenderung kepada mistik.
4) Tema
yang dilukiskan melalui alegor dan parable.
5) Tema
tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia berupa perjuangan untuk
kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari cengkeraman dari teknologi
modern.
6) Tema
kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan
kekuasaan dan jabatan
b. Ciri-Ciri Puisi Kontemporer
1)
Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa
pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
2)
Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa
hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan
maksimal.
3)
Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan
kata-kata nonsens dipergunakan dan diberi makna baru.
4)
Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk
memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
5)
Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna
baru
6)
Banyak digunakan gaya penulisan prosaic
7)
Banyak menggunakan kata-kata tabu
8)
Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan
secara polos.
c. Ragam Puisi Kontemporer
Adapun puisi kontemporer bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai
berikut:
1)
Puisi Tanpa Kata, yaitu puisi yang sama sekali tidak
menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan
titik-titik, garis, huruf, atau simbol-simbol lain.
2)
Puisi Mini Kata, yaitu puisi kontemporer yang
menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol
lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
3)
Puisi Multi Lingual, yaitu puisi kontemporer yang
menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun
bahasa asing.
4)
Puisi Tipografi, yaitu puisi kontemporer yang memandang
bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud
fisik puisi dipandang sebagai salahh satu unsur puisi, sebagai suatu tanda yang
memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
5) Puisi Supra Kata, yaitu puisi kontemporer yang
menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan
kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi
macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang
timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
6) Puisi Idiom Baru. Puisi ini dibedakan dengan puisi
konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat
didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya,
tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa
baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
7)
Puisi Mbeling. Puisi ini pada umumnya mengandung unsur
humor, bercorak kelakar. Dalam puisi ini sering terdapat unsure kritik,
terutama kritik sosial. Puisi mbeling tidak meng”haram”kan penggunaan suatu
kata. Semua kata mempunyai hak yang sama dalam penulisan puisi ini.
3.
Tokoh Sastra
Kontemporer Periode 70-an dan Hasil Karyanya
a.
Sutardji
Calzoum Bahri
Karyanya meliputi
1)
Kumpulan sajak o, amuk, kapak
2)
Tragedi sihka dan winka
3)
Batu
b.
Supardi
Djoko Damono
Karangannya:
1) Dukamu
Abadi (Kumpulan sajak, 1969)
2) Mata
Pisau (Kumpulan sajak, 1974)
3) Akuarium
(Kumpulan sajak, 1974)
c.
Leon
Agusta
Karangannya:
1)
Catatan putih (Kumpulan sajak, 1975)
2)
Hukla (Kumpulan sajak, 1979)
d.
Entha
Ainun Nadjib
Karangannya:
1)
“M” Frustasi (kumpulan sajak, 1976)
2)
Nyanyian
Gelandangan (Kumpulan Sajak, 1981)
4. Contoh Hasil Karya Sastra Angkatan
70-an
a. Tragedi Sihka dan Winka
Oleh
: Sutardji Calzoum Bachri
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK ,1981
Memahami Puisi, 1995
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK ,1981
Memahami Puisi, 1995
b. BATU
Oleh:
Sutardji Calzoum Bahri
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji ?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
sedang lambai tak sampai. Kau tahu
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji ?
Sutardji Calzoum Bahri
batu langit
batu duka
batu rindu
batu janun
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji ?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai
sedang lambai tak sampai. Kau tahu
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji ?
Sutardji Calzoum Bahri
c. Mata Pisau
Oleh: Supardi Djoko Damono
Mata pisau itu tak berkedip melihatmu:
Kau yang baru saja mengasahnya
Berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
Yang tersedia diatas meja
Sehabis makan malam,
Ia berkilat ketika terbayang olehnya
Urat lehermu
Supardi
Djoko Damono
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara umum,
faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya angkatan ’66 adalah karena situasi
sosial politik pada waktu itu, pada tahun ’66 karya satranya didominasi oleh
jiwa Pancasialis, setelah keberhasilan penumpasan pemberontakan PKI oleh TNI
pada waktu itu, namun ada juga warna tradisonal, yang menceritakan tentang
kebudayaan di suatu wilayah seperti Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam,
Ikranegara,
Leon
Agusta,
Arifin C. Noer,
Darmanto Jatman,
Arief Budiman,
Goenawan Mohamad,
Budi
Darma,
Hamsad Rangkuti,
Putu Wijaya,
Wisran Hadi,
Wing
Kardjo,
Taufik Ismail.
Sastra
kontemporer adalah sastra yang muncul setelah angkatan ’66, karya sastra ini
terimspirasi oleh perkembangan sastra yang terjadi didaerah barat (eropa),
Karakteristik sastra kontemporer atau Avant Garde ini bertumpu kepada seni yang
telah mentradisi. Karakteristik avant garde ini diciptakan oleh para seniman
tidak dengan eksperimen tidak dengan coba–coba, tidak dengan lempar dadu. Para
seniman pencipta karya sastra kontemporer ini ini bekerja melalui proses
penciptaan yang panjang. Melalui pencarian yang panjang dan bertanggungjawab,
beberapa sastrawan yang tergabung dalam angkatan ini antara lain : Sutardji
Calzoum Bachri, Supardji Djoko Damono, Gunawan Muhammad, Leon Agusta, Emha
Ainun Najib.
B.
Saran
|
DAFTAR PUSTAKA
Abadi,
Rival. 2012. Sastra Kontemporer diunduh
dari http://www.scribd.com/doc/84673822/SASTRA-KONTEMPORER pada tanggal 20 Maret 2012.
Danriris..2010.
Sastra: Ringkasan Ciri-Ciri Tiap Angkatan
diunduh dari http://danririsbastind.wordpress.com/2010/03/10/sastra-ringkasan-ciri-ciri-karya-sastra-tiap-angkatan/ pada tanggal 20 Maret 2012.
Giyono. 2010. Teori Sastra dan Periodisasi Sastra 60 diunduh
dari http://teori-sastra.blogspot.com/2010/04/periodisasi-sastra-60.html pada tanggal 20 Maret 2012.
Hadi, Saif Al.
2011. Sastra 60-an (Sejarah Sastra
Periode 1960-1970) diunduh dari http://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2011/03/sastra-60-sejarah-sastra-periode-1960.html
pada tanggal 20 Maret 2012.
|
Terima kasih informasinya, sangat bermanfaat.
BalasHapus